Business Plan

 Rencana Usaha Budidaya Tanaman Obat Rosella Merah

I.PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Dewasa ini penggunaan obat herbal cenderung terus meningkat, baik di negara  yang  sedang berkembang maupun di negara-negara maju.  Peningkatan penggunaan obat herbal ini mempunyai dua dimensi korelatif yaitu aspek medik terkait dengan penggunaannya yang sangat luas diseluruh  dunia dan  aspek ekonomi terkait dengan nilai tambah yang mempunyai makna pada perekonomian masyarakat.
Banyak orang yang telah menyadari efek samping yang ditimbulkan obat-obat sintetik, terutama bila digunakan dalam jangka waktu yang lama. Sehingga masyarakat kembali dengan menggunakan obat tradisional yang merupakan warisan nenek moyang. Jika dilihat prospek ke depan saat ini membudidayakan tanaman obat hingga memproduksi berbagai olahan produk seperti jamu, bahan makanan hinggakosmetika tradisional sangat baik dan cukup menjanjikan.
Negara  Indonesia berada didaerah tropis yang banyak keanekaragaman tanaman yang ada di Indonesia.  Berbagai macam tanaman dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun bahan obat. Salah satu tanaman yang dapat dijadikan bahan obat dan dihidangkan yaitu tanaman rosella merah yang  dalam bahasa latinHibiscus sabdariffa L. Budidaya tanaman rosella merah ini sangatlah mudah dan juga tidak memerlukan tempat yang luas untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Tanaman rosella merah memberikan banyak manfaat dibidang kesehatan. Produk hasil olahan rosella merah ini juga beraneka ragam sehingga dapat memikat masyarakat yang biasa mengkonsumsi produk herbal.  Namun pada kenyataannya pembudidayaan rosella merah di Indonesia masih terpusat di daerah-daerah tertentu padahalpembudidayaannya mudah dilakukan.

B. Tujuan dan Manfaat          
            Dengan adanya model usaha budidaya tanaman rosella merah  diharapkan pembudidayaan rosella merah tidak hanya masih terpusat di daerah-daerah tertentu padahal  pembudidayaannya mudah dilakukan.  Selain itu juga diharapkan m emberikan nilai ekonomis yang tinggi bagi komoditi yang diusahakan yang dalam hal ini adalah tanaman obat Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa L.)  juga dapat memberikan nilai ekonomi yang cukup tinggi bagi produk olahan yang dihasilkan.
Sekilas Tentang Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa L.)
            Pohon rosella merah tumbuh dari biji atau benih dengan ketinggian yang bisa mencapai 3  - 5 meter serta mengeluarkan bunga hampir sepanjang tahun. Bunga rosella berwarna cerah, kelopak bunga atau kaliksnya berwarna merah gelap dan lebih tebal jika dibandingkan dengan  bunga sepatu. Bagian bunga rosella yang bisa diproses menjadi makanan ialah kelopak bunganya (kaliks) yang mempunyai rasa yang amat masam. Kelopak bunga ini bisa diproses menjadi berbagai jenis makanan seperti minuman, jelly, saos, serbuk (teh) atau manisan rosella. Daun muda rosella bisa juga dimakan sebagai ulam atau salad. Sementaraitu di Afrika, biji rosella dimakan karena dipercaya mengandung minyak tertentu. Di Sudan, rosella diproses menjadi minuman tradisional yang dinamakan karkadeh dan merupakan minuman kebangsaan orang Sudan.
Hibiscus sabdariffa L. merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak bercabang yang berbatang bulat dan berkayu. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur, pertulangan menjari dan letaknya berseling dan pinggiran daun bergerigi. Bunga rosella bertipe tunggal yaitu hanya terdapat satu kuntum bunga pada setiap tangkai bunga. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu dengan panjang 1 cm, pangkal saling berlekatan dan berwarna merah. Mahkota bunga rosella berwarna merah sampai kuning dengan warna lebih gelap dibagian tengahnya. Tangkai sari merupakan tempat melekatnya kumpulan benang sari berukuran pendek dan tebal. Putik berbentuk tabung dan berwarna kuning atau merah. Bunga rosella bersifat hermaprodit sehingga mampu menyerbukan sendiri .








STRUKTUR ORGANISASI





Rounded Rectangle: KEBUN BESAR 
SURYA
Rounded Rectangle: KEBUN KECIL 
VIVIN WILDA SARI














II. MANAJEMEN USAHA BUDIDAYA ROSELLA MERAH
Proses Budidaya Tanaman Rosella Merah
1.  Persiapan lahan
Lahan yang biasa digunakan untuk budidaya dapat menggunakan sistem bedengan dan tanpa bedengan (dengan menggunakan  pot aau polibag). Sedangkan lahan  untuk penanaman rosella merah  dalam rencana usaha kami yaitu dengan menggunakan pot atau polibag. Hal ini dilakukan karena rosella sangat mudah dibudidayakan dan tidak terlalu banyak membutuhkan lahan yang luas jika penanamannya dalam skala kecil  sehingga dapat menghemat biaya produksi.  Media  tanam yang digunakan berupa campuran tanah dan pupuk kandang yang telah diolah terlebih dahulu. Tanah yang digunakan adalah tanah yang bertekstur ringan dan subur.
Rosella yang ditanam pada polibag terkadang tidak optimal  pertumbuhannya  jika dibandingkan pada lahan terbuka. Hal ini disebabkan karena polibag memiliki ukuran yang terbatas sehingga mengakibatkan produksi bunga menjadi berkurang. Namun jika pembudidayaan tanaman hanya dilakukan dalam skala kecil, penggunaan polibag sangat disarankan untuk menekan biaya produksi.
2.  Persiapan bahan tanaman
Tanaman rosella merah dapat dibudidayakan dengan menggunakan biji (secara generatif)  dan menggunakan setek batang (secara vegetatif).  Namun perbanyakan tanaman rosella merah biasanya dilakukan secara generatif dengan biji. Untuk  mengetahui kualitas biji rosella dapat dilakukan dengan merendam biji ke dalam air selama 24 jam. Setelah itu dipilih biji yang baik yang akan ditanam yaitu biji yang terendam dalam air. Ciri-ciri biji yang baik yaitu biji yang memiliki bentuk yang baik dan utuh, tidak terdapat luka, padat dan besar.
3.  Penanaman
Pada sistem penanaman langsung, biji rosella yang telah masak ditanam sebanyak 2-3 butir pada setiap polibag yang telah berisi media tanam. Benih ditanam pada lubang yang berbeda di setiap polibag dan diberi jarak. Setelah bibit berdaun 2-4 helai, maka dilakukan pemilihan satu tanaman yang menunjukkan pertumbuhan terbaik untuk dibudidayakan pada setiap polibag. Jarak tanam untuk tanaman rosella merah dari satu polibag ke polibag yang lain adalah 1 x 1,5 m. Hal ini disebabkan karena jika jarak tanam lebih rapat akan menyebabkan kondisi media menjadi lembab dan cabang antar tanaman akan saling menaungi sehingga  dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang optimal dan memicu perkembangan hama dan penyakit khususnya jamur pada tanaman rosella merah.
4.  Pemeliharaan
a.  Penyiraman
Awal penyiraman tanaman dilakukan pada saat benih  mulai ditanam pada media. Hal ini diperlukan untuk menjaga kebutuhan air dankelembaban media terutama pada awal pertumbuhan. Setelah itu penyiraman cukup dilakukan pada waktu pagi hari. Jangan melakukan penyiraman pada waktu siang hari karena dapat mengganggu proses fotosintesis pada tanaman. Kekurangan air kadang dapat mengakibatkan tanaman mati. Namun apabila media tanam terlalu basah dan bahkan terdapat genangan air juga tidak baik bagi tanaman karena akan memicu perkembangan jamur dan mikroorganisme lain dan juga dapat mengakibatkan pembusukkan pada akar tanaman.Frekuensi penyiraman tanaman juga disesuaikan dengan cuaca dan kelembaban tanah. Pada dasarnya tanaman rosella merah ataupun jenis tanaman obat lainnya tidak terlalu banyak membutuhkan air.
b.  Penyiangan
Tujuan dari penyiangan adalah untuk menghilangkan  gulma dan rumput liar yang tumbuh disekitar tanaman utama agar tidak mengganggu proses pertumbuhan. Gulma adalah semua jenis vegetasi tumbuhan yang tumbuh liar dan menimbulkan gangguan terhadap tanaman utama yang sengaja dibudidayakan oleh manusia. Beberapa jenis gulma dapat mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat berpengaruh buruk terhadap perkembangan, pertumbuhan dan pembuahan jenis tumbuhan yang lain.Senyawa alelopati berpengaruh terhadap penyerapan hara, penghambatan pembelahan sel, penghambatan pertumbuhan, penghambatan proses fotosintesis serta penghambatan aktivitas enzim. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan pengaturan jarak tanam maupun herbisida. Pada dasarnya pengendalian hama terpadu lebih mengutamakan pencegahan daripada pengendalian sesudah terserang penyakit atau hama. Sehinggaperlu dilakukan pengontrolan sedini mungkin guna mencegah meluasnya hama dan penyebab penyakit.

c.  Pemupukan
Pemupukan adalah merupakan usaha untuk menambah unsur harayang dibutuhkan oleh tanaman sehingga kebutuhan hara tanaman  dapattercukupi. Pada awal penanaman, pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang. Pupuk kandang dicampur dengan media sebelum benih ditanam. Pemberian pupuk kandang atau pupuk organik pada awal penanaman sangat diperlukan khususnya pada jenis tanaman obat karena akan membantu memperbaiki tekstur tanah dan menyediakan unsur hara terutama unsur Nitrogen, Phosfor dan Kalium serta berbagai jenis mineral lainnya yang diperlukan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Pemberian pupuk  dilakukan dalam dua tahap yaitu pada saat tanam danpada saat tanaman berumur satu bulan. Tanaman rosella yang berumur satu bulan mulai memproduksi kelopak bunga.
Dalam kegiatan pemupukan tanaman obat di Perusahaan kamihanya menggunakan jenis pupuk organik saja dan tidak dianjurkan untuk menambahkan pupuk anorganik. Pemberian pupuk anorganik akan memberikan pengaruh tidak baik terhadap proses terbentuknya senyawa metabolis sekunder pada tanaman. Tanaman rosella merah mengandungberbagai senyawa  metabolis sekunder. Kandungan Nitrogen dan Kalium akan mempengaruhi kandungan antosianin, vitamin C dan karbohidrat pada kelopak bunga rosella. Selain itu kandungan N pada pupuk kandang sangat mendukung pertumbuhan tanaman yang sangat cepat  dan  Kalium (K) mendukung kekuatan batang tanaman. Sedangkan kandungan P selain mempengaruhi pertumbuhan akar juga dapat mendorong pembentukan bunga.
d.  pengendalian hama dan penyakit tanaman
Belalang merupakan hama yang umum menyerang tanaman rosella di Indonesia. Belalang memakan daun yang menyebabkan pertumbuhan vegetatif terganggu sehingga hanya sedikit menghasilkan bunga. Sedangkan penyakit yang menyerang rosella adalah busuk akar yang disebabkan olehcendawan Phytophtora parasitica. Penyakit ini biasa terjadi karena adanya genangan air pada media.  Untuk penanganan hama  dan penyakit pada tanaman rosella dapat menggunakan pestisida organik. Pengendalian hama dengan pestisida dari bahan kimia tidak dianjurkan karena rosella termasuk jenis tanaman obat yang tidak boleh tercemar oleh bahan kimia karena dapat mempengaruhi kandungan senyawa metabolis sekundernya. Pestisida
organik  ini dapat dibuat dari 1 kg daun mimba (Azadirachta indica) segar yang ditumbuk dan dilarutkan dalam 1 liter air. Larutan tersebut kemudian direbus sampai mendidih dan didiamkan selama satu malam (difermentasikan). Setelah itu campuran disaring dan diambil airnya. Dosis 1 liter air mimba dicampurkan dengan 15 liter air dan disemprotkan pada tanaman yang terkena hama dan penyakit. Penyemprotan yang efektif dilakukan setiap 2 minggu sekali. Selain itu pengendalian hama  juga dapat dilakukan dengan cara mekanis yaitu memotong atau memangkas bagian cabang yang terserang (Mardiah dkk, 2009).
5.  Panen
Kelopak bunga rosella merah (Hibiscus sabdariffa  L.) dipanen setelah berkembang penuh atau telah mencapai ukuran optimal. Kondisi ini umumnyatercapai beberapa hari sebelum kapsul berisi biji rosella membuka atau sekitar 15-20 hari setelah bunga mekar. Secara kasat mata rosella yang siap panen ditandai  dengan kulit pembungkus biji majemuk berwarna hijau. Kematangan buah rosella dimulai dari bagian bawah menuju ke atas. Kandungan antosianin total kelopak rosella merah mencapai puncaknya saat bunga berumur 60 hari atau sama dengan 2 bulan, kemudian menurun sedikit ketika biji menjadi matang penuh. Saat panen kelopak rosella yang paling tepat yaitu sekitar 7-9 minggu setelah bunga muncul. Hal ini disebabkan karena pada waktu tersebut kelopak bunga rosella mengandung antosianin dan asam sitrat tertinggi.
Pemetikan rosella lebih mudah dilakukan pada pagi hari daripada sore hari. Hal ini disebabkan karena kadar air tanaman masih tinggi sehingga tangkai pada kelopak masih segar. Pemanenan rosella dilakukan dengan menggunakan alat karena kelopak sulit dipotong dan untuk menghindari kerusakan. Setelahdipanen, buah atau kapsul yang berisi biji dipisahkan dari kelopak. Biasanya biji akan dikeringkan untuk dijadikan benih untuk ditanam kembali dan juga dapat pula dijadikan sebagai produk minuman. Sedangkan kelopak rosella dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan dan minuman yang menyehatkan.
6.  Pasca Panen
a.  Sortasi
Kelopak bunga rosella yang telah dipanen dipisahkan berdasarkan tingkat serangan hama dan penyakit, tingkat kematangan dan ukuran. Penyortiran penting dilakukan agar gulma dan kotoran lainnya tidak ikut tercampur. Kelopak yang terserang kutu akan diselimuti oleh bahan yang berwarna putih sehingga perlu dipisahkan dan dibersihkan terlebih dahulu.
b.  Pencucian
Pada  proses pencucian sebaiknya menggunakan air bersih yang mengalir agar sisa kotoran yang masih menempel pada kelopak lebih mudah dibersihkan. Di  PT.Maju Jaya menggunakan air yang dialirkan melalui selang-selang kecil sehingga kebersihan air dapat terjaga. Setelah dicuci, kemudian ditiriskan didalam wadah yang berlubang agar air dapat menetes dengan mudah.
c.  Pengeringan
Kegiatan pengeringan perlu dilakukan agar dapat mengurangi risiko tumbuhnya jamur pada kelopak rosella apabila disimpan dalam waktu yang lama.  Perusahaan kami memanfaatkan energi panas matahari untuk proses pengeringan kelopak. Kelopak rosella dijemur dengan cara dihamparkan pada wadah yang terbuat dari ayaman bambu agar tidak terbakar matahari sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada kelopak baik secara fisik atau bentuk maupun senyawa metabolis sekunder yang ada didalamnya. Namun apabila cuaca tidak mendukung, bisa menggunakan oven untuk proses pengeringan. Suhu yang digunakan tidak lebih dari 50-60°C selama 4-5 jam. Proses pengeringan dilakukan hingga kadar air mencapai 10%. Sebab jika kelopak belum benar-benar kering akan terdapat jamur jika disimpan dalam waktu yang lama.
d.  Sortasi kering
Penyortiran  ulang pada kelopak yang sudah dikeringkan  perlu dilakukan lagi agar sisa-sisa kotoran maupun tanaman lain yang masih menempel pada kelopak tidak terbawa pada saat kelopak dikemas.
e.  Pengemasan
Bahan pengemas yang biasa digunakan di PT. Maju Jaya adalah bahan yang terbuat dari plastik. Kelopak kering rosella dapat dikemas dalam bentuk kemasan konsumen atau kemasan pedagang (curah) yang sesuai dengan pesanan. Bahan pengemas harus bersifat netral atau tidak menimbulkan reaksi dengan simplisia  atau produk  (inert) sehingga tidak menyebabkan perubahan warna, rasa dan bau simplisia, serta tidak bersifat racun (toksic) pada saat penyimpanan.

f.  Penyimpanan
Kelopak rosella yang sudah kering, kemudian disimpan di tempat yang terlindung dari cahaya dengan suhu 15-20°C, kelembaban relatifrendah dan berventilasi baik. Hal ini perlu diperhatikan agar pada saat penyimpanan dapat mengurangi risiko timbulnya bakteri atau jamur pada kelopak yang dapat menurunkan kualitas. Simplisia dalam bentuk kering ini dapat disimpan sampai jangka waktu 6 bulan, asalkan ruang tempat penyimpanannya sesuai standar ruang penyimpanan.
Dalam pengelolaan pasca panen sangat rentan dengan adanya kontaminasi mikroba jika prosedurnya tidak sesuai, walaupun ada mikroba yang menguntungkan dan ada yang tidak menguntungkan. Kontaminasi jamur pada simplisia tanaman obat dapat menimbulkan proses enzimatis tertentu pada bahan setelah dipanen., bahkan dapat menghasilkan senyawa aktif tertentu yang bersifat racun (toksic).  Pada akhirnya bahan tersebut berubah menjadi produk berbahaya jika dikonsumsi. Oleh sebab itu penanganan dalam kegiatan pasca panen khususnya pada tanaman obat perlu dilakukan dengan sebaikbaiknya dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan agar kandungan senyawa metabolis sekunder pada tanaman obat tidak mengalami kerusakan sehingga masih tetap terjaga khasiatnya dan tidak bersifat racun jika dikonsumsi.










III. ANALISIS USAHA TANI
Analisis usaha dilakukan untuk mengetahui layak tidaknya suatu usaha dilakukan. Adapun analisis budidaya tanaman rosella merah (Hibiscus sabdariffa L.) di PT.Maju Jaya ini memiliki asumsi dengan menggunakan varietas unggul akan memberikan hasil yang maksimal. Budidaya rosella ini dilakukan selama 3 bulan dengan luas tanah 1500 m2
(dengan populasi 1000 tanaman) di daerah...
Tabel 1 . Biaya Tetap Budidaya Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa L.)
Keterangan
Kebutuhan
Umur Ekonomis (bulan )
Harga (Rp)
Total Kebutuhan (Rp)
Total Biaya(Rp)
Sewa Lahan



600.000
600.000
Penyusutan Peralatan


Cangkul
4
60
60.000
240.000
16.000
Gembor
3
24
30.000
90.000
11.250
Ember
3
24
17.000
51.000
6.375
Tangki Sprayer
1
48
30.000
30.000
625
Oven
1
60
1.350.000
1.350.000
22.500
Gunting
4
24
7.000
28.000
4700
Pemisah biji
4
24
8.000
32.000
5300
Mobil Taft
1
120
82.000.000
82.000.000
2.050.000
Sepeda motor
1
120
10.000.000
10.000.000
250.000
Jumlah biaya tetap
2.966.750

Tabel 2 . Biaya Variabel Budidaya Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa L.)
No
Keterangan
Kebutuhan
Satuan
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
1
Benih rosella
2
Bungkus 10 gr
8.000
16.000
2
Pupuk




Pupuk Kandang
6
Kol
80.000
480.000
3
Pestisida




Daun Mimba Segar
1
Kg
23.000
23.000
4
Polibag
1000
Sachet
1.000
1.000.000
5
Kemasan Plastik
10
Pak
4.000
40.000
6
Tenaga Kerja




Persemaian
1
HOK
15.000
15.000
Penyiapan lahan
3
HOK
15.000
45.000
Penanaman
2
HOK
15.000
30.000
Pemeliharaan
6
HOK
15.000
90.000
Panen dan Pasca Panen
4
HOK
20.000
80.000
7
Biaya Pemasaran



200.000
8
Biaya Listrik



30.000

Jumlah Biaya Variabel
2.049.000

Untuk analisis usaha satu periode penanaman sekitar 3 bulan, dari luas lahan 1500 m2 yang digunakan, populasi tanaman 1000 pohon, diasumsikan mortalitas 10% karena terserang hama dan penyakit, tanaman mati dan tidak berbuah. Tanaman  rosella merah  yang dibudidayakan akan menghasilkan tiga jenis produk yang akan dijual yaitu produk kelopak basah, kelopak kering dan benih rosella. Rata-rata benih yang dihasilkan untuk 1 kg buah adalah  50 gr. Untuk pemasarannya kelopak rosella basah dan kering dikemas setiap 1 kg/unit sedangkan untuk benih dikemas setiap 20 gr/unit. Adapun rincian total produksi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Total Produksi Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa L.)
No
Produk
Harga / Unit
Banyak
Total Penerimaan (TR)
1
Kelopak basah
 Rp 5.000,00/kg
295
 Rp             1.475.000,00
2
Kelopak kering
 Rp 22.000,00/kg
112
 Rp             2.464.000,00
3
Benih
Rp 4.500,00/kg
2250
 Rp             10.125.000,00
Jumlah
2657
 Rp             14.064.000.,00

1.  Biaya Total
Biaya Total   = Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp. 2.966.750,00 + Rp. 2.049.000,00

=  Rp.5.015.750,00
2.  Total penerimaan
Total penerimaan         = Harga x Jumlah Produksi
= ( Rp.5.000,00 x 295 ) + (Rp. 22.000,00 x 112 ) +
( Rp. 4.500,00 x 2.250 )
                                      = Rp 14.064.000,00
3.  Keuntungan
Keuntungan   = Penerimaan – Biaya Total
= Rp. Rp 14.064.000,00 - Rp. 5.015.750,00
= Rp. 9.048.250,00
4.  ROI (Return On Investment) atau Nilai efisiensi penggunaan modal
ROI     = (Keuntungan : Total Biaya Produksi) x 100%
            = (Rp. 9.048.250,00 : Rp 5.015.750,00) x 100 %
             = 1,80 x 100%
              = 180
Artinya  biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 100,00 akan dihasilkan keuntungan sebesar Rp. 180,00
5.  R/C Ratio (Revenue / cost ratio) atau Nilai Kelayakan Usaha Tani
R/C ratio         = Total Penerimaan : Total Biaya Produksi
 = Rp 14.064.000,00 : Rp 5.015.750,00
 = 2,80 ( R/C ratio > 1= layak)
6.  B/C Ratio (Benefit /cost ratio) atau Nilai Keuntungan Usaha Tani
B/C ratio         = Keuntungan : Total Biaya Produksi
= Rp 9.048.250,00 : Rp 5.015.750,00
= 1,80 ( B/C ratio > 1= untung)
Apabila semua benih tanaman rosella telah terjual akan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 9.048.250,00.  Keuntungan diperoleh dari hasil perhitungan penjualan benih tanaman rosella dengan prosentase yang hidup sebesar 90% dari 1000 tanaman yang menghasilkan benih dan kelopak bunga. Harga jual  kelopak rosella  basah dan  kering per unit dengan kemasan 1  kg masing-masing adalah Rp. 5.000,00 dan Rp. 22.000,00. sedangkan harga jual benih rosella per 20 gr adalah Rp 4.500,00. R/C Ratio (Revenue / cost ratio) atau nilai kelayakan usaha  tani merupakan ukuran perbandingan antara penerimaan dengan total biaya operasional.  Sedangkan  B/C  Ratio  (Benefit /cost ratio) atau nilai keuntungan usaha tani merupakan ukuran perbandingan antara keuntungan dan total biaya operasional.  Suatu usaha dapat dikatakanlayak dan untung dikembangkan apabila nilai  revenue cost  (R/C  ratio)  dan benefit cost  (B/C ratio) masing-masing hasilnya  lebih dari satu. Dari analisisbiaya  tersebut diperoleh  nilai R/C  Ratio sebesar  2,80 sedangkan untuk B/C Ratio  sebesar 1,80. Hal ini menandakan usaha ini layak  dan  untuk dikembangkan karena berarti setiapmengeluarkan Rp 100,00 maka akan diperoleh penerimaan senilai Rp. 280,00.Jadi semakin tinggi R/C Ratio maka berakibat semakin tinggi pulapenerimaan yang diperoleh dan semakin tinggi B/C Ratio maka berakibat semakin tinggi pula keuntungan yang diterima.
Dalam usaha yang akan kami jalankan ini berdasarkan struktur organisasi yang dibentuk yang lebih spesifik pada divisi pembudidayaan, dimana ada dua jenis pengusahaan di bawah divisi pembudidayaan yaitu ada kebun kecil dan kebun besar. Kebun kecil mengusahakan lima tempat atau kebun yang masing-masing sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan yaitu budidaya  dilakukan selama 3 bulan dengan luas tanah 1500 m2. Begitu pula pada kebun besar, hanya yang membedakan adalah kuantitas tempat yang digunakan. Kebun besar mengusahakan sepuluh tempat atau kebun. Jadi dapat dihitung keuntungan yang diperoleh sebagai berikut :
*      Kebun kecil     = 5 x keuntungan tiap kebun dengan luas tanah 1500 m2
= 5 x (Rp. 9.048.250,00)
= Rp. 45.241.250,00
*      Kebun Besar   = 10 x keuntungan tiap kebun dengan luas tanah 1500 m2
= 10 x (Rp. 9.048.250,00)
= Rp. 90.482.500,00
Total Keuntungan       = Kebun Kecil + Kebun Besar
= (Rp. 45.241.250,00 + Rp. 90.482.500,00)
= Rp. 135.723.750,00
III. PENUTUP
            Demikian business plan pengembangan usaha budidaya tanaman obat Rosella Merah disusun. Penulis optimis bahwa pengembangan usaha budidaya tanaman obat Rosella Merah  ini layak dan berpotensi tinggi untuk dikembangkan.